Kamis, 13 Desember 2012

cinta vs benci

Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh, dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.

Sedangkan kebencian atau benci merupakan suatu emosi jiwa yang terasa sangat kuat didalam diri yang  melambangkan ketidaksukaan, antipati kepada seseorang, sesuatu hal, suasana atau barang. Yang merupakan sesuatu hal untuk ingin menghindari, menghilangkan atau menghancurkannya.

Banyak orang yang beranggapan bahwa lawan dari cinta adalah benci tetapi banyak juga yang mendeskripsikannya bahwa lawan dari cinta yaitu ketidakpedulian.

Semir Zeki dan John Romaya dari University College (London) telah membuat peta sirkuit syaraf otak orang-orang yang terlibat cinta. Mereka berdua meneliti 17 orang yang sedang membenci seseorang, sebagian besar dari orang yang dibenci tersebut adalah orang yang pernah dicintai.

Kepada masing-masing responden ditunjukkan foto orang yang dibenci selama 16 detik dan pada saat yang bersamaan alat scanner memetakan aktivitas otak mereka. Hasilnya menunjukkan adanya dua wilayah (sektor) otak yang sama-sama aktif ketika ada rangsangan emosi benci maupun cinta. Dua sektor tersebut dinamakan Putamen dan Insular Cortex.

Putamen berfungsi mempersiapkan gerakan tubuh sehingga bisa menjadi aktif saat bersiap membela yang orang dicintai atau bersiap menyerang orang yang dibenci. Sedangkan insular cortex berhubungan dengan perasaan tertekan seperti rasa cemburu. Selain itu, ditemukan pula fakta bahwa frontal cortex (sektor yang berhubungan dengan kegiatan pertimbangan dan alasan) bekerja kurang aktif ketika berhadapan dengan orang yang dicintai. Ini mengakibatkan daya kritis berkurang pada mereka yang jatuh cinta. Sebaliknya, sektor ini tetap aktif ketika berhadapan dengan yang dibenci.

Zeki dan Romaya mendapati bahwa aktifitas otak selaras dengan tingkat kebencian atau kecintaan terhadap satu obyek. Akhirnya, Zeki pun mengusulkan agar brain scanning digunakan dalam pengadilan untuk mendeteksi apakah ada rasa benci (yang tinggi) yang dimiliki tersangka terhadap korban dalam kasus pembunuhan.

Kesimpulannya, sektor otak yang digunakan untuk emosi cinta dan benci adalah sama. Maka berhati-hatilah, jangan terlalu cinta pada sesuatu dan juga jangan terlalu benci karena hal itu sewaktu-waktu bisa berbalik.