Cinta adalah sebuah emosi dari kasih sayang yang kuat dan ketertarikan
pribadi. Dalam konteks filosofi cinta merupakan sifat baik yang mewarisi
semua kebaikan, perasaan belas kasih dan kasih sayang. Pendapat
lainnya, cinta adalah sebuah aksi/kegiatan aktif yang dilakukan manusia
terhadap objek lain, berupa pengorbanan diri, empati, perhatian,
memberikan kasih sayang, membantu, menuruti perkataan, mengikuti, patuh,
dan mau melakukan apapun yang diinginkan objek tersebut.
Sedangkan kebencian atau benci merupakan suatu emosi jiwa yang terasa
sangat kuat didalam diri yang melambangkan ketidaksukaan, antipati
kepada seseorang, sesuatu hal, suasana atau barang. Yang merupakan
sesuatu hal untuk ingin menghindari, menghilangkan atau
menghancurkannya.
Banyak orang yang beranggapan bahwa lawan dari cinta adalah benci tetapi
banyak juga yang mendeskripsikannya bahwa lawan dari cinta yaitu
ketidakpedulian.
Semir Zeki dan John Romaya dari University College (London) telah
membuat peta sirkuit syaraf otak orang-orang yang terlibat cinta. Mereka
berdua meneliti 17 orang yang sedang membenci seseorang, sebagian besar
dari orang yang dibenci tersebut adalah orang yang pernah dicintai.
Kepada masing-masing responden ditunjukkan foto orang yang dibenci
selama 16 detik dan pada saat yang bersamaan alat scanner memetakan
aktivitas otak mereka. Hasilnya menunjukkan adanya dua wilayah (sektor)
otak yang sama-sama aktif ketika ada rangsangan emosi benci maupun
cinta. Dua sektor tersebut dinamakan Putamen dan Insular Cortex.
Putamen berfungsi mempersiapkan gerakan tubuh sehingga bisa menjadi
aktif saat bersiap membela yang orang dicintai atau bersiap menyerang
orang yang dibenci. Sedangkan insular cortex berhubungan dengan perasaan
tertekan seperti rasa cemburu. Selain itu, ditemukan pula fakta bahwa
frontal cortex (sektor yang berhubungan dengan kegiatan pertimbangan dan
alasan) bekerja kurang aktif ketika berhadapan dengan orang yang
dicintai. Ini mengakibatkan daya kritis berkurang pada mereka yang jatuh
cinta. Sebaliknya, sektor ini tetap aktif ketika berhadapan dengan yang
dibenci.
Zeki dan Romaya mendapati bahwa aktifitas otak selaras dengan tingkat
kebencian atau kecintaan terhadap satu obyek. Akhirnya, Zeki pun
mengusulkan agar brain scanning digunakan dalam pengadilan untuk
mendeteksi apakah ada rasa benci (yang tinggi) yang dimiliki tersangka
terhadap korban dalam kasus pembunuhan.
Kesimpulannya, sektor otak yang digunakan untuk emosi cinta dan benci
adalah sama. Maka berhati-hatilah, jangan terlalu cinta pada sesuatu dan
juga jangan terlalu benci karena hal itu sewaktu-waktu bisa berbalik.